Latar Belakang
SAELA adalah ruang komunal (community space) milik beauty vlogger Fatya Biya. SAELA digagas pada tahun 2020 sebagai tempat produksi para content creator dengan fasilitas studio syuting, outlet kopi, dan coworking space. Rancangan SAELA memuat beberapa percobaan yang menarik antara lain filosofi selasar, eksplorasi material, dan permainan sirkulasi.
Sayangnya, SAELA dibangun ketika krisis pandemi dimulai. Krisis ini menyebabkan beberapa perubahan antara lain penyesuaian budget, adaptasi konsep, dan konstruksi yang tertunda. Proyek ini berlokasi di jalan Hj. Nawi, Cilandak, Jakarta.
Merintis Selasar
Konsep dasar SAELA berangkat dari filosofi transisi. Ide ini muncul karena SAELA bertempat di ruko bertapak selongsong (4,2x25 m). Setelah recana denah ruangan, kami melihat ruang sisa yang terhimpit oleh kamar lainnya. Ruang sisa ini menginspirasi kata selasar, yang berarti lorong atau jalan penyambung.
Pendekatan kami adalah menyoroti proses berpindah antar ruangan. Dengan membingkai perjalanan, secara tak langsung kami menegaskan objek "sasaran" (dalam konteks ini ruangan tujuan). Konsep ini ditunaikan dengan menonjolkan kualitas ruang transisi, meminimalisir objek tersier, dan bermain dengan penanda visual (garis, lekuk, cahaya, dan warna).
Ide selasar kemudian dibingkai dengan gaya industrialis. Awalnya rancangan SAELA penuh warna semarak dan suasana yang meriah. Namun karena penyesuaian anggaran, rancangan SAELA bergeser ke gaya industrialis. Gaya ini lebih ekonomis karena konstruksi yang minimal tapi nuansa yang konsisten. Misalnya, pada SAELA kami memanfaatkan karakter alami dinding dengan eksekusi sederhana (sentuhan ulang cat dan ekspos tekstur), lalu menggunakan beberapa jenis cat atau material ekspos yang senada.
SAELA dibagi menjadi 3 lantai. Lantai 1 area sirkulasi berisi bar kopi, utilitas dan ruang terbuka. Lantai 2 area studio berisi dua studio kecil, tempat penyimpanan, studio besar, dan utilitas. Lantai 3 (rencana proposal) berisi utilitas, mushola, kantor sewa 2 ukuran, serta kantor pribadi Fatia.
Lantai 1: Area Sirkulasi
Lantai satu merupakan area publik. Di pintu masuk terdapat bar kopi (4.2 x 13 m) dengan sepasang meja dan bangku panjang untuk menunggu pesanan takeout. Bar dirancang megah untuk menandai zona utama, dengan profil melengkung menyimbolkan sisi feminim sebagai aksen rancangan. Lengkungan dinding dirancang bersih sebagai kanvas untuk logo kopi. Tanpa pintu yang nampak, hanya diinterupsi oleh jendela pesanan. Bar ini dilengkapi dapur sesuai spesifikasi ukuran dan standar pengelolaan outlet kopi.
Di samping bar tersedia loker pegawai untuk menyimpan barang. Selanjutnya ada toilet dan tangga menuju lantai berikutnya. Di persimpangan ujung lorong, terdapat pintu menuju area duduk terbuka (privat dan semi privat, berukuran 4.2 x 7 m) untuk pengunjung yang merokok. Area ini dirancang dengan bukaan besar dan atap polikarbonat semi transparan untuk menghasilkan ruangan yang terang.
Lantai 2: Area Studio
Lantai dua terdiri dari studio sewa untuk para content creator. Terdapat dua ruangan syuting berukuran kecil (3x3.5m) dan satu ukuran besar (6x4.3 m). Studio kecil berfungsi untuk produksi konten seperti ulasan, podcast, dan foto produk. Ukurannya ditentukan berdasarkan pertimbangan jarak efektif kamera. Kedua studio mengapit ruang penyimpanan berukuran 2x2m.
Studio besar lebih fleksibel seperti studio yoga, kelas zumba, dan kegiatan ramai lainnya. Terdapat rak custom untuk penyimpanan, dengan jendela bertirai gulung untuk menjaga privasi dari luar. Tonasi dan palet warna mempertahankan kecerahan untuk nuansa positif.
Eksplorasi Material dan Sirkulasi
Fitur penting dalam rancangan ini adalah pemanfaatan seng alumunium sebagai bahan dinding dan kulit kedua (secondary skin). Kami memilih seng karena ketahanannya dan menguji potensinya selain bahan atap. Seng alumunium bertekstur gelombang, sehingga cocok untuk kontras mendampingi dinding lurus. Pemasangannya mudah dengan titik paku vertikal yang menghubungkan tiap lembaran. Tiap lembaran seng berukuran 2x2 meter menjadi modul dasar yang mudah diganti sewaktu-waktu. Kami juga melihat alumunium seng tahan karat selama digunakan di dalam ruangan.
Strategi pathing, atau pengaturan sirkulasi diwujudkan melalui tanda-tanda visual. Tanda ini hadir seragam memandu perjalanan pengunjung. Pertama, cat merah pada alas kabel (cable tray) di langit-langit lorong sebagai jalur utama antar ruangan, lalu warna lantai hitam dan putih untuk menandai pergantian ruang, kemudian lengkungan seng alumunium di tiap sudut membentuk arah berbelok. Ketiganya mengatasi nuansa liminal dan sekaligus menegaskan ruang peralihan selasar.
Ruang Untuk Bersama
Rancangan SAELA untuk klien Fatya Biya memperlihatkan bagaimana ruang kreatif dapat berkarakter tegas dengan anggaran yang terbatas. Ruang komunal dapat hidup dan semarak dengan tata ruang yang optimal untuk kebutuhannya serta pemanfaatan material yang tepat guna.
Selain SAELA, terdapat contoh desain kantor yang tak kalah menarik seperti Kantor Baja Mulia Lestari, Coffee Shop, Interior Kantor, Ruang Kerja Oomeo, Warung Bisnis dan contoh lainnya dalam portfolio kami. Kami juga menyediakan jasa arsitektur dan interior untuk rumah tinggal Seperti Rumah Deuxine, Wiropaten, dan 50:50.